|
about me
It's Amanda Dara Amadea Susilo, but I'll go by the name Dara Susilo. I'm a Redwood, I got hazardous impetuous mind, and act precociously. I am rare, odd and inconspicuous.
15 years old fresh daisy, a proud Indonesiana with loveable words. I smell like an old wooden cabinet, but I'm told Victoria's Secret would make me smell nicer, so I got one.
What else? Read and judge, love.
extra infos : I don't like ice cream and candy. I hate Alexa Chung. I love Arctic Monkeys.
|
|
|
|
|
Monday 27 July 2009,04:50
Fallen.
Rasanya lucu, sungguhan. Dan gue merasa sangat tolol, dan konyol, kayak apa yang Alodie bilang. Gue gak tau apa yang terjadi hari itu, hanya sebuah malam lainnya kok, gue berniat untuk puasa dan sahur jam setengah satu, jadi gue sengaja tidak tidur sampai jam segitu. Dan apalagi yang gue lakukan selain buka komputer? Gue terlalu muak meliaht Facebook, status-status cinta yang membuat iri dan senyum bahagia yang membuat gue sepi. Gue tahu gue melankolis, tapi gue tahu gue tidak bodoh. Dan mungkin pada hari itu gue telah menjadi seorang cewek tak berotak yang menyedihkan. Berharap akan kisah cinta, namun terlalu angkuh untuk mengakuinya. Gue capek berusaha jadi kuat, sungguhan. Gue hanya akan mengaku disini, karena diluar, gue tetep Dara yang keras kepala.
Gue tidak pernah mengangap diri gue begitu istimewa, dan begitu pun orang lain. Tapi gue hanya begitu cinta akan diri gue, sekalipun gue tahu gue tidak pernah se-istimewa yang gue harapkan. Tadi malam gue bermain dengan perasaan gue, menerbangkannya, kemudian menjatuhkannya sendiri, seakan gue begitu kaku dan tak pernah bisa menangis. Gue mempermainkan diri gue, menganggap kata-kata Blake kemarin malam adalah suatu yang sungguhan, sekalipun gue tahu itu adalah lelucon dunia maya yang menyakitkan. Tapi gue senang saat dia ada disana, rasanya seperti benar-benar memiliki seseorang yang enggak pernah lo dapatkan di dunia nyata. Gue tahu gue menyedihkan; gue melarikan diri dari kenyataan dan menciptakan hidup indah gue di dunia maya yang semu. Tertawailah gue, tapi gue jatuh cinta pada seorang asing. 8 tahun lebih tua, dan jauh jauh disana. Manhattan.
Gue tahu Blake hanya bercanda, hanya mengolok-olok gue dengan bahasanya yang tak bertata krama, tapi gue menganggap itu semua nyata, seakan ia adalah sesosok sungguhan yang benar-benar suka pada gue. Dan pada akhirnya, saat dia tidak lagi me-respon, gue tetap tidak mau mengakui kalau percakapan itu hanyalah permainan konyol. Permainan konyol seorang Amerika, dan cewek kecil yang tolol. Yang merendahkan dirinya sendiri untuk mendapatkan rasa memiliki; dan cewek itu adalah gue.
Dia mencintai nama gue. Sebagaimana gue mencintai namanya. Ha-ha, konyol sekali, gue tahu.
Blake: and i love that name Blake: its beautiful
Dulu sekali, pernah ada seseorang berkata bahwa dia suka sama gue, dan dia sayang gue. Lo tahu kan? Ucapan besar yang sebetulnya hanya dilandaskan nafsu kekanak-kanakkan, dan toh akhirnya kita tidak lagi bicara. Tapi gue tetap senang saat kata itu terulang lagi; dari orang yang sama sekali gak gue kenal.
Blake: like a lot
Dan tentu saja gue menjawab kalo gue sangat menyukai dia juga. Dia bilang gue menyenangkan dan lucu. Kita sudah berbincang lebih dari se-jam dan gue sangat menikmatinya. Bahkan dia satu-satunya orang yang bisa membuat gue mengabaikan bentakan Ayah yang nyuruh gue untuk tidur. Di angan gue yang meliar, gue membayangkan sosok berambut pirang itu tersenyum tulus saat mengetik itu. Sungguhan, mungkin kenyataannya dia lagi tertawa terbahak-bahak dan mengutuki gue si cewek 14 tahun yang konyol. Tapi gue sangat berharap dia sungguh-sungguh. Karena gue pun bersungguh-sungguh.
Blake: does it make you feel weird that im in college and your still in high school?
Tentu saja tidak, Blake sayangku! Tidak, gue merasa nyaman. Sekalipun percakapan itu tidak lebih dari sebuah percakapan konyol penuh dengan kata cinta yang bikin muak, tapi gue sangat menyukainya. Dan gue tidak bisa membayangkan bagaimana harus berakhirnya.
Blake: i should have never fallen in love with you Blake: because when you do have to leave to go to sleep for school we might not ever be able to talk to each other again
Blake: and i hate that because i never want this conversation to end
Dan akan sangat konyol jika itu membuat gue tertohok. Tentu saja, gue tidak bakal bisa merasa hangat lagi. Gue tidak menegnalnya, dan gue hanya tahu ia sebagai Blake. Cowok Downtown yang sekolah di Berkeley. Haruskah gue malu akan kepolosan gue yang dibaut-buat, atau ahruskah gue bangga berani mengungkapkan aib ini di blog gue? Bahwa gue jatuh cinta? Gue tidak tahan dengan kata cinta, sungguh.
Blake: do you have a crush on someone that goes to yur school and you felt like this Dara: no, he doesn't even know my name
ia bertanya! Ia bertanya! Dan tentus aja gue jujur; Rio tidak pernah mengenal gue, dan itu kenyataannya. Bahkan di dunia maya yang palsu gue masih begitu jujurnya. Dan gue terlalu jujur dihadapan Blake.
Blake: im upset for you liking him and he doesnt like you but im also happy because i can be by ur side now without your boyfriend in the way but i also feel bad for the guy cuz he never got to see what an amazing girl you are Blake: yes its upsetting and i hate it
He was fliriting, and he admit it. Gue tolol, gue dungu! Gue menikmati rayuan menjijikan macam itu. dan gue menganggap itu sungguhan. Sekalipun gue tahu kenyataannya adalah, itu semua palsu, ya kan? Tapi tidak pernah ada yang menyebut gue dengan spesial. Beberapa temen bule gue juga berkata kalo gue menyenangkan, tapi tidak dengan teman-teman Indonesia gue. Karena mereka mengetahui siapa gue sebenernya.
Dan setelah itu, dia pergi begitu saja tanpa pamit. Tapi gue sudah terlanjur jatuh cinta. Hai, Blake. Kapan kita bisa bertemu lagi?
Hey there Romeo what's it like in New York City? I'm a thousand miles away
|
|