Kalimat itu membuka percakapan gue, Noni, Anzal, dan Indira pada suatu hari Jum'at yang cerah saat lagi gak ada pelajaran. Dan setelah itu, kita semua langsung heboh menentukan masa depan kita, Indira yang pengen jadi Entertainer atau Noni yang mau jadi Menteri Perdayaan Wanita. Atau juga Anzal yang curhat dipaksa jadi dokter sama bapaknya yang emang dokter. Saat itu juga, pikiran gue terbang-terbang, karena gue sendiri yang belum jawab gue mau jadi apa. Walaupun sebenernya sih gue udah tau apa passion gue sebenernya, tapi yeah--belom yakin aja. Ada 3, loh.
"Lo mau jadi apaan, Dar?"
"Pilot."
"Pilot?"
"Iya."
Temen-temen gue cuman manggut-manggut setuju, dan gak lupa 'betul juga'-nya. Terus ada lagi yang nanya, emangnya bisa cewek jadi Pilot? Dan gue dengan sewotnya langsung jawab, "Bisalah! Emang cowok doang!" dan Noni, temen gue yang bulet dan selalu mencita-citakan adanya persamaan gender juga ikutan sewot, "Bisalah, enak aja cewek gak bisa." dan Anzal cuman 'betul juga' dengan suara pasrah.
Hhh, pilot, kawan-kawan. Pekerjaan yang sulit banget, nilai Fisika dan Bahasa Inggris harus diatas rata-rata. Crap, secara Fisika gue dapet 7 aja tuh udah seneng banget, dan kalo Bahasa Inggris gue..
Parah, menurun drastis sejak keluar EF, yang mana adalah keputusan terburuk dalam hidup gue. Oke, balik ke pekerjaan Pilot. Dasarnya sih gue emang udah tau pekerjaan yang menurut gue paling menyenangkan itu kayak gimana. Dan gue udah jamin pekerjaan itu gak bakal ngebosenin karena toh bokap gue gak pernah bilang kalo pekerjaan itu ngebosenin. Dan, mungkin bakal terdengar sok imut tapi, selain karena gue pengen jalan-jalan gratis, gue juga suka ngeliatin awan. Tapi sialan, bokap gue enggak terima gue sama kayak dia.
"Kalian tuh harus punya cita-cita dari kecil."
"Aku mau main di MU." kata si Davin.
"Aku mau jadi Pilot."
"Mana ada Pilot goblok! Matematika tuh benerin!" kata si Ayah. Dan itu verbal abuse, tau?
Sejak hari itu gue agak mengesampingkan niat gue jadi Pilot. Terus suatu hari sore-sore gue baru aja pulang sekolah, abis mandi dan makan, gue mendekam di kamar gue. Nyalain Tv dan saat gue enggak menemukan acara yang menarik gue mulai beralih ke.. INDOSIAR! Ya, Indosiar, kawan-kawan. Norak, emang. Tapi cerita tentang silumannya seru juga loh. FYI, kalo anda perhatikan, tiap scene disko di Indosiar pasti lagunya seperti ini,
Heeey! Disko jablay naaaaamanyaaaaa~*credit 2 Indira*
Lama-lama ceritanya jadi ngawur, dari siluman uler kok jadi cinta segi3. Jadi gue matikan saja TV-nya, dan baru sadar, gue kan baru beli DVD-nya Gossip Girl yang season 1. Jadilah gue mulai nonton dan mupeng tiap kali liat Ed Westwick yang seksinya minta ampun itu. Tapi ternyata, GG enggak bisa memuaskan dahaga gue untuk menonton tontonan yang berkualitas. GG bagus sih, bagus banget malah. Tapi banyak adegan vulgarnya, and it doesn't look classy like what I always thought bout Manhattan and those socialites. At first I thoght It'd romantic but duh~ the girls are sluts and the boys are womanizer. And so, end of story, gue langsung matiin DVD gue di episode ke-9 dan gue bengong..
Meneliti ke sepenjuru kamar gue yang berantakan, mencari-cari hal yang cukup menyenangkan untuk dilakukan sebelum tiba waktunya gue harus belajar atau ngerjain PR. I'm a bit thinking about a romantic movie, like Titanic. Dan sebetulnya, gue agak geli ngeliat film-film romantis, tapi karena Noni suka film kayak gitu well--yeah, let's say that I've been influented by her. Dan oke, gue syok.
Bukan deng, seneng sampe nyengir-nyengir.
Ada VCD (gue tau emang jadul) Meteor Garden! Dan, sore gue berakhir dengan nonton sinetron-nya Taiwan itu. Mungkin agak terdengar konyol, tapi bagi gue Metor Garden sama Gossip Girl bagusan MG. Karena ceritanya MG itu lebih deket ke kehidupan sehari-hari dan gue merasakan kalau Shan Chai.. just like the rest of us. Enggak kayak Blair yang punya kekuasaan terlalu banyak atau Serena van der Woodsen yang punya popularitas kelewat banyak padahal dia cuman socialite underage yang kelewat sering nongkrong di The Palace sama QueenB.
Fakta mencengangkan >> This might sounds crazy but, I really can't take my eyess off of Hua Ce Lei. end of story, u may laugh as hard as you want, I don't care. I've been charmed by his affection, coolness, and his heart-melted words. I love him, even thoght STILL I can't get over my Gaspy Ulliel. Now u could see I'm a dreamer. << end of fakta menyenangkan
Oke, setelah nonton 2 TV series paling laku di dua negara yang berbeda itu, gue jadi terpikirkan sesuatu. About my dreams, my future and what will I be. Gue tertarik untuk jadi sutradara, membuat sebuah tontonan yang berkualitas dan bakal digandrungi tiap lapisan masyarakat, membuat tayangan yang mengedukasi namun tetap keren. I'll make something really different. You know, I don't wanna be such a filthy plagiator just like the rest of Indonesia's common show, that's horrible, u know.
Well yeah, walaupun impian terbesar gue tetep jadi istrinya Gaspard Ulliel. Tapi, dua pilihan diatas akan jadi pertimbangan gue. Hhhh..
*postingan meracau*