|
 about me
It's Amanda Dara Amadea Susilo, but I'll go by the name Dara Susilo. I'm a Redwood, I got hazardous impetuous mind, and act precociously. I am rare, odd and inconspicuous.
15 years old fresh daisy, a proud Indonesiana with loveable words. I smell like an old wooden cabinet, but I'm told Victoria's Secret would make me smell nicer, so I got one.
What else? Read and judge, love.
extra infos : I don't like ice cream and candy. I hate Alexa Chung. I love Arctic Monkeys.
|
|
|
|
|
Wednesday, 27 May 2009,14:24
The Conversation of My Dream
Why bother? Go ahead if you don't like to read everything about these imaginations. I know, I put my head on the clouds a bit too much, but so.. then why? Is that such a problem for you? Then, screw you!
***
(Upper East Side, Manhattan. May 27th, 9.30 PM. Two Indonesian students were chatting and laughing)
Chika: "Dar, udah jam setengah sepuluh, Dar. Telfon dulu sana!" Dara : (tertawa) "Entar aja, kayaknya dia nyampe stadion aja belum, Chik." Chika: "Udah sekarang aja, eh, entar bilangin Bojan, gue mau ngomong sama Xavi, ya." Dara : (tertawa) Chika: "Ya, Dar, ya? Pleaseee." Dara : "Lo aja deh yang nelfon." Chika: "Ya ampun, pacar-pacarnya siapa gitu, Dar." Dara : (mendengus) "Pacar?" Chika: (ekspresi kesal) "Sok." Dara : "He is definitely not my boyfriend, Chik." Chika: "But you act like. Oh, iya gue lupa lo punya si Gaspard itu."
Chika: (bangkit berdiri, meraih segelas limun dari dalam kulkas) "You're not loving him, D." Dara : (tertawa kaku) "Gila aja lo, Chik." Dara : "Gue enggak suka deh ngomongin yang kayak--"
(bunyi dering SMS masuk)
Chika: "Ponsel lo, kan? Siapa, Dar?" Dara : (meraih ponselnya) "Hm, Bojan nih." Chika: (nyengir lebar) "Tuh kan udah gue bilang, daripada lo sama--" Dara: (sengaja memotong) "Katanya dia udah nyampe di stadion-nya, Chik. Aduh gue deg-degan nih." Chika : "LO KIRA GUE ENGGAK, HAH?" Dara : "Lo mau nelfon? Nih." (menyodorkan ponsel) Chika : "Lo kenapa sih, Dar? Aneh, tau gak?" Dara : (sibuk dengan posel) (meletakkan telunjuk di ujung bibir, diam)
(hening.)
Dara : "Hey, are you there yet?" Bojan : "Uh huh." Dara : "So how it feels like, hm?" Bojan: "Bit nervous, but I'm okay." Dara : "Glad to hear that. BTW, are you going to play from the start?" Bojan : (jeda) (berisik) "Nuh, I don't think so." Dara : "Ah.." Bojan : "Stay tune, kay? Hope we could beat those devils." Dara : (tertawa) "Devils, what dev--ah, those red devils, you mean? They got nothing on--" Bojan : "Don't be too confident." Dara : "Hm? Hey, what's happening? It's not like you.." Bojan : "I'm okay." Dara : "Ah, okay.. Are you sure? Sure like well--yeah.. Sure? You don't sound like okay." Bojan : "Okay, I'm not." Dara : "Yea?" Bojan : "I don't think will be winning. I mean.. We are facing the Machester United and it feels--" Dara : "Hey, hey. I believe Pep would hate those kind of words. You know, the pessimestic one." Bojan : "Call you later."
(peep.)
Chika: "Kenapa, Dar?" Dara : "Dia gugup gitu deh kayaknya." Chika: "Yaoloh, Dar. Cowok lo--" Dara : "Bukan cowok gue." Chika: (mendengus) "Oh yea, you're still with that jerk." Dara : "Dia enggak gitu banget kali Chika. Gaspard enggak kayak gitu." Chika: "Uh huh? Oh yea? Nampar lo depan Tyson, bentak lo di depan Alex, ngelarang lo ke Roma.. Dia pikir dia suami lo apa? Lo pikir itu apa, hah?"
(hening.)
Labels: Imaginations
|
|
Saturday, 23 May 2009,00:13
Kehilangan Kejelasan.
I hate when they're asking me a question, but I dunno how to answer it, but they're just so anxious and they're begging me for the answer like, forever. Maksud gue, sering sekali gue berada dalam posisi dimana segerombolan orang menanyakan suatu pertanyaan yang gue gak punya jawabannya. Saat gue jawab, "Enggak tau." mereka pasti langsung bwrubah jadi anak-anak gak sabaran yang terus aja maksa gue untuk mengungkapkan jawabannya sekalipun, sungguh, gue enggak punya jawaban yang cukup memuaskan! They asked me about well, yeah...... creature named BOYS. Hoh, gue enggak ada masalah sih menjawab pertanyaan mereka tentang cowok, dengan amat sangat bangganya gue akan menjawab "I'm sort of obsessed with Gaspard Ulliel." tapi yang mereka mau bukan jawaban itu! Mereka bakal bilang, "Cowok beneran, Dar." dan gue tertawa, astaga, sejak kapan Gaspard berubah jadi cowok jadi-jadian? Oke, kidding. Yang mereka maksud adalah, gue naksir siapa, gitu? Duh, God, please! Even I can't figure out the answer! Gue bukan penyuka sesama jenis sih, ah, tentu saja bukan! Hanya saja, gue lagi enggak punya ketertarikan lebih sama cowok-cowok yang sering gue temui. Kalo misalnya gue lagi jalan ke suatu tempat sama temen-temen gue, and suddenly they shouted, "Gila ganteng banget, Dar!" and usually I only nodded. Ganteng sih, tapi........ yang enggak menimbulkan sesuatu ketertarikan. I dunno, banyak yang bilang gue aneh. But so.. what? Kata temen-temen gue, sejak gue --oke-- putus sama seseorang beberapa bulan lalu, gue jadi agak mengesampingkan masalah jodoh-jodohan. Mereka bilang gue trauma? Geez, I laughed. It's just because I got so much things better than just spending my day by moaning, and asking, 'Why is there no love story in my sad life?'. Mungkin gue setuju sama Chika, she said, "Gak papa, Dar gue enggak pernah punya cowok, someday my prince will come, okay?" Enggak penting sekarang, yang pasti gue lebih memikirkan hari esok dibandingkan hari ini yang sering kali diwarnai masalah rancu kekanak-kanakan. And you forget one thing, I'm still 14!
Apa mereka mengaggap itu sebagai suatu ketidak-normalan? Belakangan ini gue lebih banyak menghabiskan waktu gue untuk melakukan banyak hal yang teman-teman gue anggap membosankan. Yah, gue lebih banyak menulis dan membaca. Kadang mengamati, dan berpikir. Gue bukan salah satu anak jenius dalam kelas gue yang biasa ngitung soal Matematika hanya dalam hitungan detik. Gue juga enggak jago presentasi IPA, dan sering remedial. Tapi, kadang gue lebih banyak memikirkan hal-hal yang biasa mereka enggak pikirkan. Teman-teman gue hanya ikut berkabung jika ada salah satu kerabat yang pergi. Tapi gue? Gue diam, tidak menunjukkan raut berkabung, tapi sesunguhnya.. Gue sungguh bepikir, oke? Dan menyesali betapa buruknya perangai gue kepada si almarhumah. Yah, intinya, gue melakukan banyak hal yang kalian enggak ngerti, kawan-kawan. Dan menurut gue itu lebih menyenangkan daripada nyari cowok, seperti yang teman-teman gue lakukan hari-hari ini --a BTW, gue lagi suka denger lagu ini. So relaxing. Mount Wroclai - Beirut
|
|
Thursday, 21 May 2009,23:00
Shakespeare Musiman
IDK. things about Shakespeare popped in my head yesterday, while most of my friends were talking about their boys, duh! I started looking up about Shakespeare, his play, his poem and also his quote. And.. Well, he amazed me, seriously, I do love Hamlet and Romeo and Juliet. And the rest of all Shakespeare's, I haven't got the time to read more. But well, this is one of my favorite dialog of all Shakespeare's play. JULIET "O Romeo, Romeo! wherefore art thou Romeo? Deny thy father and refuse thy name; Or, if thou wilt not, be but sworn my love, And I'll no longer be a Capulet."
ROMEO [Aside] "Shall I hear more, or shall I speak at this?"
JULIET "Tis but thy name that is my enemy; Thou art thyself, though not a Montague. What's Montague? it is nor hand, nor foot, Nor arm, nor face, nor any other part Belonging to a man. O, be some other name! What's in a name? that which we call a rose By any other name would smell as sweet; So Romeo would, were he not Romeo call'd, Retain that dear perfection which he owes without that title. Romeo, doff thy name, And for that name which is no part of thee take all myself."
I was the 18th century english. Well, thou means you, and thy means my. As if I forget about the heavy language, I love how romantic this dialogue is! I could imagine how passionate Juliet were, and how mature this guy named Romeo. All about forbideen love, how their family have been enemies since forever. What a purrrrrrfect match.
And this is the best part : "What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet. So Romeo would, were he not Rome call'd, retain that dear perfection he owes." Soooo timeless!
Hmm and also I love this quote from his play, As You Like It: "The fool doth think he is wise, but the wise man know himself as a fool." Hoho, bytheway, doth means do.
|
|
Tuesday, 19 May 2009,22:27
Time Traveler
Liburannya payah. Terlalu banyak liburan kerjaan gue hanya bangun-mandi-makan-tidur dan seterusnya. Well, I know I've been such an useless adolescent these days. It's just ebcause, I've got no idea what I'm going to do! Well, guess too much holidays kinda make me boring. Imagine, 3 weeks off from school! I can't imagine how my life gonna be, the next 4 years, when I already graduated from school. I just realised, school is kinda cool =="
Karena liburan gue jadi tergila-gila akan banyak hal yang membuat gue terlihat tambah loony. Saat di sekolah, temen-temen gue ngomongin hal-hal yang biasanya anak seumuran gue perbincangkan, gue malah membicarakan hal-hal aneh yang enggak lazim. You know, it makes me more look like a geeky. Gak ada cewek di kelas gue yang suka sama Wolverine sebesar gue, gak ada yang baca Archie Comics selain gue, dan gak ada yang bercita-cita ke Papua selain gue (dan mungkin Chika). WHOAH! Pleaaase, I think I definitely don't belong to this world. I think, I'm supposed to born in 70s or 80s or even 50s. Yeah, oldies but goodies, rocks!
Tolong, sebutkan. Ada tidak yang bisa gue ajak bicara mengenai Bette Davis dan Joan Crawford dari Whatever Happened to Baby Jane? Ada gak yang baca buku The Joy Luck Club selain gue? Ada gak yang joget tiap kali denger Earth Wind & Fire kayak gue? Ada gak yang suka lagu-lagunya Frank Sinatra? Atau.. Bahkan ada gak sih yang suka Backstreet Boys? Ada gak yang suka nonton Rain Man dan tergila-gila sama Tom Cruise dalam seketika? Apa sih yang menarik dari kehidupan jaman sekarang? Puh-leaaaaaaase.... I need time travel machine!
I wanna go back to the time when the night club was not a bad place to go, when Madonna was still the Queen, and when the Thriller album was just released! I wanna go back to the time when the world was such a peaceful place. I wanna go back to the time when Bette Davis and Audrey Hepburn were still alive! Please. I'm getting crazier than ever.
|
|
Friday, 15 May 2009,07:25
Esok.
A long time ago, when al the grandfathers and grandmothers of today were little boys and little girls, or very small babies, or perhaps not even born. Ma and Pa and Mary and Laura and Baby carrie left their little house in the Big Wood of Wisconsin. They drove away and left it lonely and empty in the clearing among the big trees, and they never saw that little house again.
They were going to the Indian Country.
Ah, betapa gue sangat suka kata-kata indah dan ceria dalam buku berkertas lapuk itu. Little House On The Prairie. Gue baru aja menemukan buku itu diantara buku-buku beraroma lapuk yang telah dimakan waktu begitu lamanya. I smiled, when I read the very first paragraph of it. Rasanya begitu menyenangkan kan? Meninggalkan rumah dan mengelana dunia luar, tanpa petrimbanagn matang, semudah membalikkan telapak tangan. Ah, itu hanya cerita buku, mana ada cerita buku yang tidak berakhir bahagia? Seolah semuanya akan baik-baik saja. Tapi sebuah pertanyaan, belum juga pudar dari relung otak gue sejak hari kemarin: Memangnya ada yang tahu hari esok akan kayak apa?
One of my friend just passed away, yesterday. Dia bukanlah salah satu teman yang gue kenal dekat, bukan juga teman yang sering jadi lawan bicara gue. Gue bahkan enggak tahu nama panjangnya dia siapa. Tapi gue kenal dia. Rasanya baru beberapa minggu yang lalu waktu gue terakhir chat sama dia, tidak, kita enggak membicarakan suatu hal yang penting atau apa. Yah, lo tahu kan, percakapan basa-basi kenalan. Yah, hanya basa-basi kenalan. Enggak lebih.
Dan gue menyesal.
Kenapa enggak segera aja waktu itu gue langsung ngajak dia untuk langsung bikin plot sama chara gue, kalau gue tahu beberapa minggu kemudian dia akan pergi? Kenapa gue tidak meluangkan waktu lebih banyak untuk ngobrol sama dia, kalau gue tahu umurnya tdiak akan panjang lagi? Lihat, kan?
Kita benar-benar enggak pernah tahu besok akan ada apa. Gue termenung-menung sejak mendengar kabar kematiannya. Tertohok, tahu? Begitu cepatnya seseorang meninggalkan dunia sialan ini, tanpa peringatan atau tanda-tanda. Astaga, ya Allah, dia masih kelas 3 SMA. Dan kenapa maut menjemputnya terlalu cepat, eh? Kenapa ada yang bsia bertahan hingga kepala delapan, dan kenapa ada yang hanya dapat bertahan selama 18 tahun? Sebuah pertanyaan menyesakkan meneglilingi gue terus. Gue bertanya-tanya, jika gue enggak akan pernah tahu apa yang akan terjadi esok.
Kenapa gue tidak berubah? Kenapa gue tidak takut? Padahal gue tidak akan pernah tahu kapan ajal bakal menjemput gue. Kadang saat malam menjadi begitu sepi, geu sering merasakan bahwa hidup gue tidak akan lama lagi. Kadang jika gue bersiap untuk memejamkan mata gue, sebuah perasaan takut yang luaribasa mendera gue, gue takut tidak akan bangun lagi. Tapi setelah matahari kembali menyapa, gue seakan lupa akan ketakutan gue itu. Dan kembali melupakanNya. Berdosanya gue.
Sudah bebal rupanya, ya?
|
|
Tuesday, 12 May 2009,10:21
Pertanyaan Kecil.
.....
...
..
.
Hanya sebuah pertanyaan kecil saat kidung bersuarakan Luther Van Dross mulai mengalun dari speaker komputer gue. Sekarang sudah pukul 12:22 AM, namun gue mengetik seakan tak ada hari esok.
Hm, hari esok kah?
Ah, tapi kadang gue sungguhan ragu akan hari esok. Maksudnya, apakah hari esok akan benar-benar datang, atau gue bakal terlelap dan tak kembali bangun untuk selamanya? Apa gue akan pergi kesana dalam sebuah tidur nyenyak yang kalem, dan mengagetkan orang-orang terdekat saat mereka sadar gue sudah sepenuhnya pergi? Kapan gue akan pergi menyusul mereka yang telah tiada lagi disini?
Ah, kadang gue benar-benar cemas.
Apa nanti kediaman gue bakal dipenuhi dengan isak tangis dan sosok berbaju gelap? Atau malah, tidak sama sekali? Apakah Ayah gue akan menangis saat gue pergi? Atau malah sebaliknya? Apa yang kira-kira bakal sahabat-sahabat gue ucapkan, apa mereka sedih, menyesal, atau.. apa? Dan yang sampai saat ini terus mengusik tidur malam gue..
Apakah mereka baru sadar akan eksistensi gue setelah gue pergi? Apa mereka baru akan menyesal telah memperlakukan gue begitu buruk saat gue telah pergi? Apa mereka baru akan berjanji untuk membahagiakan gue saat jasad gue tertimbun tanah merah?
Apakah Tuhan akan mengampuni dosa gue? Only Allah knows. ...
..
.
|
|
08:21
Where Did The Rainbow Go?
Ah, hanya gue aja yang terlalu memikirkan, atau apa kalian juga pernah merasakan hal yang sama? Bukan suatu hal yang mampu membuat gue gundah, namun mampu membuat gue menangis tersedu-sedu. Gue sungguh kangen hidup gue yang lama. Maksudnya, gue tahu umur 14 tahun memang belum bisa dibilang cukup umur untuk merasakan pahit manisnya dunia sialan ini. Tapi sungguh, kadang gue bertanya di malam hari yang hening, saat semua orang telah terlelap dan rupanya raga gue masih enggan untuk memejamkan mata.
Apa sih yang terjadi dua tahun belakangan? Kemana saja Dara pergi, apa ia akan kembali?
Konyol. Bahkan gue aja gak tau jawaban bagi pertanyaan gue sendiri. Beberapa bulan lalu, gue liburan berlima dengan keluarga kecil gue. Sebuah perjalanan yang cukup menyenangkan namun melelahkan luarbiasa buat gue, it might be just an ordinary trip for. But for me, it's more than that. I know, I was acting so annoying that time, my Mom and Dad were mad at me, they said I'm such a spoiled brat, I just know how to make everything worse. I know I was so weird, but it's more than that. It's really more than a splendid holiday That trip, brings back the good times, that has gone for a long long time. And it does, still make me cry, a lot.
I love the seashore. Hanya hari menyenangkan lainnya di liburan seminggu gue. Orangtua gue dan adik-adik gue lagi siap-siap makan malam, entah kemana mereka, meninggalkan anak sulung mereka di pinggir pantai yang asing dan sepi. Pikiran gue sedang tidak di tempat, dan sungguh masa bodo dengan urusan-perut itu. Gue hanya sedang menyusuri pinggir pantai, dengan koneksi internet HP gue yang payah. Berusaha nelfon Yessi tapi enggak bisa, dan Noni juga lagi sibuk. Ah, pada akhirnya gue menggeletakkan begitu saja HP gue diatas pasir yang kasar. Gue lelah, seharian menggenjot sepeda mengelilingi Sanur bukan hal yang enteng, loh. Debur ombak membuai pendengaran gue, dan sinar matahari yang mulai meredup malah mengaburkan pandangan gue. Akhirnya gue menjatuhkan badan gue begitu saja di pasir yang asin, memandang statis matahari yang perlahan hilang dibalik ombak. Momentum yang indah telah terlewati, sebuah foto yang indah telah tersimpan di kamera gue. Gue selalu suka matahari terbenam, dan sekaligus, that splendour view still hurts me.
Where did my perfect life go? Mengingatkan gue akan sejuta kenangan manis yang mampu menusuk gue begitu dalamnya, mengingatkan gue akan kehidupan gue sekarang yang berjalan tak semestinya. Kehidupan gue yang begitu palsu dan memuakkan, sekaligus menggerogoti tameng gue tiap saatnya. Is this Your punishment for my irresponsible behaviour, God?
Kemanalah sahabat-sahabat gue yang gue sayang sepenuh hati? Sosok-sosok yang mampu membuat gue tertawa tanpa harus dibuat-buat, sahabat yang memaklumi segala perangai mengerikan gue. Mereka yang peduli akan gue dan mereka yang mengerti gue. Para pendengar yang bijak, dan lisan mereka yang manis dan nyata. Mereka bukan pendusta macam gue, dan gue cinta mereka. Melebihi rasa cinta gue akan diri gue sendiri, atau kehidupan fana lainnya.
Ah.
Tapi itu dulu kan? Dan bukan sekarang, bukannya begitu? Bukankah hanya karena dahulu kita hanya segerombolan anak polos dengan dunia kecil kita yang ceria? Now we've lost our dignity, friend. Kita memang masih belia, masih SMP, namun kita sama mengerikannya dengan mereka yang lebih tua. Terutama gue, gue kotor dengan segala hal menjijikan yang gue lakukan, dan tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. No one. Ini lebih dari yang lo bayangkan. Jauhi gue, karena gue kotor, hm? Dan pura-puralah tidak melihat betapa rasa rindu gue telah membuat gue segila dunia sialan ini. Apalah artinya jarak antara Indonesia-Qatar, Lo? Terlebih jarak antara SMP 11-SMP PL yang enggak seberapa? Tapi begitu susahnyakah bagi kita untuk meluangkan sedikit waktu untuk kembali pada masa lalu yang indah? Jangan tertawa, but I miss my Allyda. Gue sayang mereka, dan bukannya pertemanan kotor yang saling menusuk seperti saat ini.
I just found this, and is that worth it if I cry for the good times, old friend?
Serunya, gw, Liddie sama Odie bisa ngeledekin mereka! Trus, gue curiga Tiara kena Schizophrenia. Abisan dia suka menyendiri, tiba-tiba nangis dll, deh! Gw gak tau Tiara cuman caper atau bener-bener sakit. Yang pasti gw mau mengamati Tiara dulu.
I laughed. For God's sake, and I also cried. Konyol, ya? Gue tertawa, menunjukkan potongan diary konyol semasa SD ke nyokap gue, dan nyokap gue hanya tersenyum paksa yang kikuk dan kembali sibuk dengan urusannya sendiri yang enggak pernah gue mengerti. Lalu, gue berbalik, dari balik pintu yang berdecit, gue menatap kearah bokap gue di meja makan, sempat terpikirkan untuk menunjukkan potongan kertas berharga ini, tapi, tentu saja, itu hanya sebuah angan konyol. Andaikan ia bukan ayah gue, dan gue bukan anaknya, maka hubungan gue dan Ayah gue tidak lebih dari dua orang asing yang enggak saling mengenal, namun dihubungkan dengan hubungan darah yang menyesakkan. Apa gue pernah bertingkah layaknya seorang anak bagi dirinya? Dan apakah gue pernah merasakan kasih sayang yang nyata dari Ayah gue? Bukankah jawabannya sama-sama nihil?
Did I grow up according
to plan?
Bukankah ucapan gue tentang betapa baik dan serunya bokap gue enggak lebih dari kebohongan yang memalukan? Dan bukankah obrolan seru antara gue dan Ayah yang gue ciptakan selama ini, sebetulnya enggak pernah terjadi? Panggil gue seorang pendusta, memang gue seorang pendusta yang menyedihkan. Kenyataannya, yang gue lihat ke Ayah gue enggak lebih dari sesosok Ayah yang enggak pernah mengenal gue. Mencoba mencurahkan segala kasih sayangnya dengan fasilitas lengkap yang tak berarti apa-apa dan tidak lebih dari sekedar barang bisu. Dia mencoba menyayangi gue, tapi dia tidak pernah benar-benar menyayangi gue. Dari sedikit banyak sisi, gue begitu persis dengan dia. Ucapan gue, tingkah laku gue, bahkan selera musik gue. Tapi tetap saja, dia terlalu sibuk dengan segala hal dalam pikirannya. Dan yang ia tahu kan hanya memuaskan semua kebutuhan gue, dan menagih hasil sempurna dari segala usaha gue. Tapi aku bukan Dewa, Ayah. Dan bukankah kasih sayang yang dia curahkan kandas begitu saja saat umur gue menjejak 12 tahun? Masih terlalu muda untuk kehilangan figur Ayah yang hangat.
Ah, tapi memang kenyataannya begitu. Saat ini gue tidak sedang membual, kok.
Sejuta pertanyaa berputar di relung otak gue. Tapi tetap aja enggak pernah ada jawaban yang mampu menghentikan tangis gue yang menyedihkan. Jadi, sekarang, apa salah bagi gue jika gue merasa nyaman jika jauh-jauh dari dia? Apa yang ia harapkan dari gue enggak akan pernah jadi kenyataan. Mungkin dulu, iya. Mungkin dulu dia menyayangi gue sepenuh hati, tapi sekarang tidak. Dia benci remaja, ya Allah. Apa semua karena masa lalu Ayah gue yang mneyakitkan? Apa semua karena masa remaja Ayah gue yang tidak pantas untuk dibahas disini?
Dia enggak pernah tahu betapa gue emngidolakan dia, dia enggak pernah tahu betapa gue bangga ber-Ayah-kan sesosok pilot tegas dan bewibawa macam dia. Dia enggak pernah tahu etapa sesungguhnya gue sungguh ingin emnjadi seperti dirinya. Dan dia juga enggak tahu betapa sakitnya hati gue tiap kali ia mengacuhkan gue.
Dan sebuah bulir asin kembali mengalir di pipi gue.
Aku sayang Ayah, masih. Where did the rainbow go?
|
|
Sunday, 10 May 2009,10:31
It Caused Nosebleed, you know?
 I.. Couldn't find someone's better than this guy, at least, right now. I-I know, I know how complicated is this. I mean, I still love my fiancee, of course, he's handsome and nearly perfect. But, who could resist his charm? His affection has blinded me, I am sorry for all these, Gaspy. I swear, I won't leave you, my dear *kisses* It's such a shame to confess this, but.. I found out that Gaspard is not the only angel-faced man, alive. I mean, well okay, hun, don't mad at me. Gaspard is such a.. miracle for me but this guy showed out, and well, you could see how he drove me crazy.
Oh, Nick I would do anything for you---ah, dammit, I got another nosebleed. It happens everytime I'm thinking about him, you know. Oh, Nick.........................marry me, please.
Houltness = Hotness!
Labels: Imaginations
|
|
10:03
Nonsense.
as Gretchen Wallace
This might be the shortest post I've ever made. Okay, I don't need too much word to describe how I'm breaking apart. I just need a few simple word, but easily, you could see and hopefully, could understand how this world has driven me crazy instead of giving me more experiences. I know, this thing might sounds crazy or loonatic. But, please, why these people around me are trying to convince me? Forcing me to do this and to do that. When I'm brokenhearted, I can't be bothered. Sorry. Well, let me say it frankly right here. Cause I have no courage to say it in front of him. I mean, well c'mon, you don't expect me to be such a brave little foolish rite? I don't even care if you call me nerdy-coward. Well, just let me say it, kay? Hey, for someone out there. This might sounds stupid, or you might think I'm joking. Well, even this one is not even hilarious. But hey--remember the first time we met? I was the freshman, and I knew nothing. Okay, than I saw you, stand upon the long-chair, you gave us your best speech. And it's funny how it has made me errrr... fall, in love, perhaps?
Okay, then at the Prom, I know, your partner was such a beautiful young lady. I envy her for stealing your heart, and I'm jealous for it. Then I dance with that guy, I was just trying to cheer myself up, since you didn't even take a look at me as well. Well but you came to me while I was dancing with that boy, tearing my heart apart, again. Well I thought it didn't matter since you don't even care about me, right? But I caught one slightly furious look from you. Ah you might think I'm over-confidence, but even my dance-partner said that. Well, I hope you were jealous, even it's almost impossible.
Then, what do you expect? I still can't get you outta my head. It's like someone's whispering your name everywhere and everytime, and my dreams about you are uncountable. It's just ridiculous, at first I thought you feel the same, even thought you are not. But I still can't get over you. I meet you everywhere and averytime, at the common room or even at the great hall. But last night, it was the last time for me to meet you. I won't see you again, you know, it's obvious, I'm gonna miss you're pathetic smile like crazy. Your bewitching eyes, and you're milky freckled skin. I hope I could do something, I hope I could confess my feeling, but I cannot, so I don't. I hope it was the right decision. Ah-nuh, I don't think so, I know it was the wrong decision. But I'm too scared to be confidence, I can't be like that girl you like, she's pretty and brave. But how about me? I'm hideous, and I'm too scared of anything. That's the main reason, right? Because I am hideous.
And you are not. You're too good to be true.
|
|
Friday, 8 May 2009,05:06
14.
Ah, gue senang, gue tertawa banyak hari ini, dan semua orang terdekat gue juga bahagia. Rasanya enggak ada hari yang paling ditunggu-tunggu selain hari ulangtahun lo kan? Kembali mengulang hari saat hidup lo baru berawal, saat lo baru mulai memijak dunia penuh dosa ini, hm? 8 Mei, hari ini gue ulangtahun. Kue tart, ucapan selamat ulangtahun dari hampir semua teman, dan nyanyi-nyanyian selamat ulangtahun rasanya masih berdengung di telinga gue. Berdesing tanpa henti, lo tahu apa? Gue gak sepenuhnya mencintai hari ulangtahun. Feliz cumpleaños a ti, feliz cumpleaños a ti,
Awal dari malam sebelumnya. Ah, bukan, bahkan dari tahun lalu, pada malam yang sama. Malam sebelum peringatan kelahiran gue. Gue selalu terpikirkan akan hal yang sama, yang menghuni benak gue. Well, hanya sebuah pertanyaan kecil yang tak terlalu penting, tapi tetap saja, rasanya enggan pergi. Enggak sampai mengusik tidur malam gue sih, namun hanya mengganjal. Sebenernya apa yang kita cari dari satu tanggal tak berarti itu? Ah, gue baru terpikir tentang ini beberapa tahun ini, sejalan dengan pertambahan umur gue ini, gue jadi lebih banyak bertanya. Bukankah sebuah tanggal itu enggak lebih dengan tanggal-tanggal lainnya? Bukankah sama-sama 24 jam? Lalu apa yang kita cari? Tadi gue bawa kue tart ukuran ekstra ke sekolah, nyanyi bareng-bareng dan bagiin ke teman-teman. Ah ya, gue senang. Tapi lalu, setelah itu? Blas, selesai juga kok. Dan kue yang bokap gue beli mahal-mahal habis gitu aja tak berarti. Dan sekarang sudah malam, tanggal 8 akan segera berlalu, lalu apa yang membuat hari ini begitu istimewa? Apa uang yang dikeluarkan kelewat banyak untuk satu hari ini pantas, hanya untuk sekedar memeriahkan hari biasa? Hari yang berakhir pada waktunya, hari yang berlalu seperti biasa--jadi kenapa gue menunggu-nunggu hari ini? Apa jadi pusat perhatian membaut gue nyaman? Ah, enggak. Apa ucapan selamat ulangtahun membuat gue bangga? Enggak juga. Jadi, tolong, adakah yang bisa menjawab pertanyaan gue? Apalah arti hari ulangtahun jika tidak diimbangi dengan perbaikan dalam bersikap? Apalah arti pertambahan umur jika watak buruk gue enggak berubah juga? Apalagi arti semua kebahagiaan sesaat ini saat gue merasa sesak di dada? Tetap aja enggak bakal ada yang tahu atau mengerti apa yang gue rasakan. Jadi, apa istimewanya? Hm? feliz cumpleaños, Dara feliz cumpleaños a ti
Ah, kata orang gue terlalu banyak tanya. Mereka bilang, " Udah bagus, orangtua kamu masih mau ngerayain, Dar." Ah, tapi tapi.. Apakah salah buat gue sekedar untuk bertanya? Gue gak merasa pantas mendapat semua ini, fasilitas kelewat lengkap, dan hidup lempeng yang membosankan. Dimana seninya? Kapan gue berusaha? Ah, gue memang terlalu banyak ucap, ya? feliz cumpleaños a ti que los cumplas feliz
|
|
Friday, 1 May 2009,06:05
Ass is Grass
I keep running and running, no matter how tired I am.
I'm looking for a shelter for me to be saved. And to beloved.
Don't you ever underestimate me. I've been saying that sentence to all the people when they're trying to get involve in my bussiness, when they are trying to distract my things, when they're trying to get in my way and when they are trying to disturb people I do love. It's not like I'm saying it face to face, but I'm good at body language. People will notice when I'm feeling uncomfortable, or even mad.
Entahlah, belakangan ini gue muak dengan segala hal disekitar gue. Dimulai dari seonggok sampah sialan hasil snack adek gue yang bersarang di sudut kamar gue, sampai yah, berteman dengan perek. Ah, ups, gue ga seharusnya berkata seperti itu bukan? Ah, kalia tahu, gue benci perempuan lemah, kemenyek, yang seolah gak bisa hidup tanpa lotion SPF 100, yang hanya tau cara naksir sama cowok, pacaran, dan yah, menghabiskan duit orangtua lo, and acting like you're the daughter of the wealthiest person in Jakarta, even thought the fact is...... Orangtua lagi bahkan masih psing cara menuhin kebuuhan sehar-hari. Ah ya ampun, gue prihatin. Apakah gengsi lo elbih tinggi daripada kebutuhan perut lo, eh? Oke, gue jijik.
Ah maafkan gue, nona cantik. Gue memang perempuan paling munafik yang pernah lo temu. Tapi, ah? Apa tatapan jijik gue selama ini tidak cukup menyakiti perasaan lo? Apa decakan menghina setiap kali lo mulai bercerita tentang kehebatan komunitas lo itu tidak cukup untuk menunjukkan betapa...... gue kangen elo yang dulu. Bumi, tolong telan gue. Gue tahu, gue membuat gestur seolah-olah gue begitu benci dengan lo. Ya ya, gue amat sangat benci dengan lo, sekarang. Lo tahu apa? Kemana sih lawakan riang lo yang selalu buat kita sakit perut? Mana sih sifat gak tau malu lo?
Sekarang yang ada pada diri lo hanya sesosok cewek mal, menjijikan, tak ebrotak, dan jujur, terkesan murahan. Seakan sekarang lo menelan ucapan lo sendiri yang waktu itu pernah berucap bahwa lo benci sama perempuan yang.. kayak-lo-sekarang. Gue cukup dengan ucapan lo tentang ciuman pertama lo yang memuakkan, gue sudah cukup sabar menanggapi sehala ucapan lo tentang si ini si iitu--oh man, we don't even truly care! Kita hanya gak mau lo merasa tersinggung, tapi yah.. Apa itu membuat kepala lo semakin membesar?
Ah, ralat, gue tidak sedang merasakan rindu. Gue membenci.
Ah, bukan suatu kendala besar bagi gue untuk emngucapkan kalimat pamungkas itu. Dan jika gue sudah membenci, maka gue benci. Anggaplah tak lagi tersisa sedikitpun kepercayaan gue terhadap lo. Gue yakin, lo juga merasakan hal yang sama kan, sayang? Ya, gue dan kawan yang lain memang patut dibenci. We're even and we're hatable, as well. Tinggal tunggu wkatu sampai lo menmeukan sesosok lainnya yang bakal dengan senang hati mendukung lo menjatuhkan gue. Dan andaikata ada satu eksempatan bagi lo untuk menganggu dan menyakiti gue?
You ass is grass.
|
|