They Say She's a Prodigy, But She's Brainless for Me.
Jadi, ceritanya,
Gue lagi males sama Networld.
Pernah muak akan kepongahan seseorang?
Well, it just happened to me. Dan mungkin Anzal dan Noni. Bicara dan emnyombongkan diri seakan enggak ada hari esok? Gue. Muak. Oke, gue bukan anak tipe-tipe Slytherin yang beringas jika marah--oke, bahkan gue tidak marah. Gue hanya muak, dan itu sudah melewati titik jenuh gue. Mereka bilang dia jenius, tulisannya menakjubkan. Gue akui, dia hebat. Bahasa Inggris-nya mantep, I used to admire her. Tapi sekarang? Bahkan gue jijik kalo inget pernah mengagumi dia.
Terlalu sombong untuk besar kepala. Terlalu besar kepala untuk sombong.
Tulisannya, di blog dia, bikin gue mengernyitkan dahi. Oke, sejujurnya gue tidak punya masalah apapun sama dia, dan (mungkin) dia juga. Tapi tau nggak sih? Tipe orang yang sama sekali enggak bisa menerima kritik, dan join suatu forum hanya agar dapat puja-puji yang membuatnya terang diatas angin. Perlu gue bilang? Jangan lupa, sayang, masih ada langit diatas langit.
Gue hanya tertawa, menyadari ternyata kapasitas otaknya tak sebesar yang mereka kira. Apalah artinya puja-puji yang ia dapat kalau dia nggak tau cara bersikap? Hm? Gue kasihan sama mereka yang sama sekali nggak bisa menerima kritik, gue malu dengan keponngahannya yang menggelikan. Menonjolkan segala kelebihannya agar orang-orang (bodoh itu) mengaggapnya begitu tinggi dan hebat sehingga dia bisa melakukan segalanya yang ia mau? Dan orang-orang bodoh yang dengan mudah diperbodoh nya, berdiri dibawah kakinya, meneteskan liur kagum dan puja-puji sampah terhadapnya. Wake up, guys, she's using you. Gue tertawa hebat waktu dia bercerita tentang mantannya, dan kata-katanya seakan-akan dia itu menizer atau apalah. Seakan wajahnya begitu menawan, astaga.. Mungkin kalo gue bagian dari salope-salope di sekolah gue, gue bakal bilang, "Aduh muka kayak pembantu aja belagu, ya." Tapi gue bukan bagian dari mereka, kan? I know it sounds like I envy her, or whataver. But I'm not. Gue hanya amat sangat enggak suka cara dia merasa hebat dan mengambil alih kuasa dengan semena-mena, seakan dia orang penting. Mungkin beberapa minggu yang lalu gue sama bodohnya dengan antek-anteknya itu, tapi.. Haha.
Jangan. Harap.
Gue tahu gue masih 14 tahun, lalu kenapa? Dia bilang gue masih kecil, dan dia begitu bangganya dengan umurnya yang baru.. Berapa? 18 atau 19? Apa umur harus dibanggakan? Apa dia bermaksud untuk berkata, "Gue masih dibawah 20 tahun dan pencapaian gue sangat banyak." Pencapain, apa? Gue bisa lebih dari dia. Sekalipun gue enggak se-populer dia, gue masih menganggap pencapain gue sama dengannya. Harusnya dia malu, hm? Gue memang seorang pengkhayal, dan dia seorang pendengki, gue rasa gue mendingan.
Apa terpikirkan olehnya jika gue takut padanya? Gue, tidak takut. Mungkin -yeah- dulu gue begitu idiot untuk takut sama dia, tapi sekarang? I told you, she's brainless. Astaga, ucapannya, congor-nya itu, bahkan gue aja enggak pernah terpikirkan untuk berucap dan memaki-maki orang dari belakang layaknya pecundang yang memalukan. Oke, dalam kasus ini, (mungkin) orang yang ia maksud itu gue.
Hm, tapi gue gak yakin juga, sih.
Anzal yakin banget kalo itu gue, gue cuma ketawa. Yaudah, mungkin gue.
Tapi kalau bukan? Gue menganggap itu bukan gue, sih.
Tapi kemungkinan besar itu gue.
Ah, lebih baik gue berpikir kalau itu memang gue. Atau.. bukan?
Ah, gue hanya berucap jika seandainya itu gue.
Intinya, gue kasihan sama mereka yang tidak bisa menerima kritik.
Bukan, bukan.
Gue muak melihat dia berkuasa.
Padahal dia bukan siapa-siapa.
So vain.
Dara, tenang.
Eh lagu ini enak banget deh.