|
 about me
It's Amanda Dara Amadea Susilo, but I'll go by the name Dara Susilo. I'm a Redwood, I got hazardous impetuous mind, and act precociously. I am rare, odd and inconspicuous.
15 years old fresh daisy, a proud Indonesiana with loveable words. I smell like an old wooden cabinet, but I'm told Victoria's Secret would make me smell nicer, so I got one.
What else? Read and judge, love.
extra infos : I don't like ice cream and candy. I hate Alexa Chung. I love Arctic Monkeys.
|
|
|
|
|
Saturday, 26 September 2009,04:56
Untuk 8 Bulan Lagi
 The place I've always wanted to be But it takes too much to be there
Gue benci saat orang-orang mulai membicarakan kesuksesan mereka, kemudian merendah enggan dipuji. Mati saja! Lalu bilang "Yang penting, kerja keras." Alah, gue udah lama tidak lagi percaya dengan yang namanya tekad, dan kata-kata motivasi. Gue punya tekad yang besar, gue memiliki seorang motivator yang hebat, gue melakukan kerja keras sebesar mereka, tapi gue tidak pernah bisa berakhir sebahagia mereka. Gue sudah tidak berpihak lagi denga kenyataan manapun, jangan salahkan gue kalo gue udah duluan putus asa.
Gue tidak merasa gue seorang pengecut yang mengenaskan, sih. Gue hanya merasa sejak 5 tahun yang lalu gue dirundung kesialan tidak berujung. Sejak saat itu gue membenci cecunguk-cecunguk beruntung. Gue benci orang beruntung dan keberuntungan. Mereka semua tengik.
Dunia tidak pernah benar-benar berputar, ya kan? Para ditaktor serta keberuntungan dan kesialan yang mengendalikannya. Tuhan tidak pernah memberikan jawaban pada manusia kotor seperti kita, Ia membiarkan segalanya berjalan begitu misterius, dan membuat hamba-hamba seperti gue salah mengartikannya. Karena kita manusia. Realistis, lo harus menjadi sangat pintar atau menjadi sangat beruntung untuk menjadi sangat sukses. Dan mungkin gue bukan keduanya, gue bukan child prodigy yang berlimbah keberuntungan. Ah, gue bercumbu dengan kesialan tiap harinya.
Dalam hal ini; gue mengdiskreditkan para orang-orang beruntung. Lo tahu yang mana? Mereka dengan otak kopong tanpa usaha yang keras, tapi selalu mendapatkan apa yang mereka mau, pada akhirnya. Dan mereka jauh lebih berbahaya daripada para cendekiawan tanpa keberuntungan. Kenyataannya, orang-orang seperti mereka ada di sekitar kita. Tersebar dan memenuhi tiap sudut relung hati gue, membusuk dan merajalela. Musnahkan sajalah! Gue telah kehilangan kepercayaan gue pada keadilan, atau teori 'dunia-berputar-suatu-saat-kau-diatas-dan-dibawah'. Tolong, katakan! Kapan gue benar-benar pernah diatas? Dan akankah gue kembali pada masa itu--jika masa itu benar-benar ada?
Gue selalu berkawan dengan para intelek-intelek. Mereka yang berakhir dengan SMAN 70 yang terkenal itu, atau mereka yang kini berbahagia di UI dan ITB. Sementara gue? Gue masih tersangkut mengenaskan di SMP peringkat 19 Jakarta ini.
Membuat gue tertekan dengan obsesi gue yang kelewat tinggi, membuat gue tertekan dengan cerita keberhasilan mereka. Membuat gue ingin memusnahkan segala hal yang enggan pudar dari batang otak gue. Mengejar gue tanpa henti, memaksa kecemasan gue mematikan kewarasan gue; kematian, dan kegagalan. Gue selalu berhadapan dengan kegagalan dalam hidup gue, dan betapa hinanya gue jika gagal lagi. Kegagalan bukan pilihan untuk saat ini. Gue ingin lulus UN, dengan NEM tinggi, masuk ke SMA favorit yang dapat membuat gue bangga tiap kali menyebutkannya, yang dapat membangkitkan lagi harapan-harapan semu gue. Gue ingin berhasil, tanpa campur tangan keberuntungan.
|
|
Thursday, 24 September 2009,12:45
Jauhkan.
--oh, apa yang kutahu tentang semesta ini? Katakan, Tuan.
Oh, sudah berapa lamanya aku tidak membuka diri? Sudah berapa lama aku terjebak dalam belenggu ilusi palsu yang hendak membuyarkan akal sehat yang tinggal sejengkal ini? Bahkan lisanku tak mampu berucap, kala kenyataan menampikku yang tersesat. Bahkan kala buana yang indah beranjak dewasa aku masih tetap si Sesat yang kehilangan arah mata anginnya. Mencari sang Utara yang dirindukan, namun tapakku membawa raga ini menjauh kearah Selatan yang silih berganti sejalan dengan dentang jam raksasa dari ujung ufuk timur.
Katakan padaku Tuan, sudahkan aku terbangun?
Kalau saja awan mendung dan buana yang bisanya cuma menertawai jiwa yang tersesat ini telah meledak berkeping-keping, bangunkanlah si pembual kecil ini dari khayalan memilukannya. Toh saat kedua kelopak mata itu beradu menatap semesta yang gelap, banyu masih sama birunya. Dunia tidak merindukannya, dunia tidak merindukanku yang malang.
Anganku terlalu tinggi untuk dapat merendah, Tuan. Angankan terlalu hebat untuk seorang pendusta yang berselimutkan dosa nista. Tapi jangan kau jauhkan aku dari mimpi-mimpiku! Jangan kau tuntunku ke ufuk barat, kemilau matahari senja! Aku tidak tersesat, Tuan, aku hanya buta. Aku tidak butuh tuntunan, jiwaku meraba arah yang tepat. Aku tidak terbelenggu! Aku hanya enggan untuk kembali, bertemu dengan duniaku yang tak seindah buanamu. Ah kembalikan kidungnku yang nyaring, kembalikan zaitun-zaitun ranum yang semerbak. Kembalikan para malaikatku yang terbang menjauhiku. Matahari tak mampu membunuhku, tak berani membunuh dia.
Dendangkan kembali lagu lama itu, kekejian dunia kalian tak mampu mengembalikanku. Bangunkan aku saat langit mememerah, dan fajar tak lagi menyingsing. Kembalikan aku pada duniamu yang penuh pilu, saat banyu tak lagi biru, dan akar tak lagi merendah. Aku akan kembali saat dunia telah buta.
Aku tidak tersesat, Tuan. Aku hanya tak berpihak pada kenyataan!
|
|
Tuesday, 22 September 2009,23:50
I Spent My Money On These Guys

Just bought that from Gramedia. I wasn't meant to buy that, I was looking for GQ Magz or that kind of stuff. But there it was! Stole my attention....WITH THOSE GUYS AS THE COVER OF IT. I don't care even it costs over a hundred thousand rupiah. I'll do everything for em.
And oh, btw that Africa Rising bonus CD worth the shits.
|
|
23:06
Missing A Thing
credit to Salsa  Okay her name is Gretchen, she's 16, now. Having a terrible case of lack of confidence, using a black braces, with frizzy hair and wide smile. Her full name is Gretchen Arabella Marjorie Wallace. Since I don't have many close friends, Gretchen has been such a bestfriend for me. I do monologue dialogue with her, and so yeah.. Let's pretend that she's truly exist.
And yeah, I miss her Hey, I never felt this way before.
I was just goggling and uploading my favorites songs, the old songs I miss and yeah.. That kind of stuffs. I downloaded Emmy Rossum's Slow Me Down and Metro Station's Seventeen Forever, and suddenly I feel like being slapped by something so hard. Gosh, those songs bring back the memories.
And so, I miss Indohogwarts.
It's been a long time since the last time I posted a post, or having a monologue dialogue with my own charas. It's been a long time since the last time I felt connected with Gretchen, or making G's mood just the same as mine. Good times. Good times.. I feel really bad to abandoned her, tsk. I remember the time when I jumped uncontrolly when G got her Best Chara. Whoa, or when people admiring her.
I miss IH, but I have no serious intention to comeback. I feel like, gonna be beat up by those newbies. I love newbies.. But I kinda think my friends are no longer there. It's really hard to operate a chara without any planned plot. And in my case, I don't know many Puppet Master. God.
|
|
Monday, 21 September 2009,10:31
Being Underage and Loony II
And oh, just wanna drop this AWESOME THING off. So, Mike Kennerty replied my tweet this morning, and an hour ago, Travis Clark replied my tweet! Nah, I didn't blackmail him like I did to Mike, once I mentioned Indonesia in my tweet, he immediately replied it. Gosh, how much I love my uber-exotic countreh! I thought he's a kind of cocky person, but omg, how could I think that way? So like.. A fan sent tweets to him for like a hundred times, Travis never replied any if her tweet, then she hopes Travis to wish her happy birthday. And she was like a bit pointless, and also hopeless, since Travis didn't give a shit. But guess what? HE WISHED HER HAPPY BIRTHDAY, the morning after.
YKW? My english sucks. It pissed me off, since.. Just now.
Stupid thought, wonder does Travis get offended or something? Ha.

And oh, I wasn't really hoping he'd reply my tweet, cos it's just some kind of ordinary tweet and I thought Travis wouldn't give a shit. So yeah.. I was just trying.
ANDDDD..... *drumrolls*
He misspelled Indonesia, but everything's cool.
HA IT'S FOR NONI AND SYIFA WHO GOOFED ABOUT HIM AROUND. Told you he's nice as well, I don't care about his messy (sexy) hair, I don't care about that nerdy expression he makes. I'm in love with him. HOPE IT GIVES YOU HELL, PALS! muahahaha.
Okay, I'll send more tweets to Kyle, wish me luck. Labels: lucky, Obsessed, travis clark, twitter
|
|
06:37
"But you are, Blanche! You are on that chair!"
 Ruth Elizabeth Davis (April 5, 1908 – October 6, 1989)
"Hollywood always wanted me to be pretty, but I fought for realism." "I survived because I was tougher than anybody else." "I'd marry again if I found a man who had fifteen million dollars, would sign over half to me, and guarantee that he'd be dead within a year." -all hers.
"Her hair is hollow gold, her lips sweet surprise. Her hands are never cold, she got Bette Davis eyes.."
*** Oh dear, Bette. People remember you as the devilish monster, that demons beneath the griefs of Cinderella story. But for this young fan, you are being terribly missed as the legend who cracked the beauty-girl stereotype. The woman who once had the guts to stand up.. And be different.
I love her, she's one of my role-model. When girls in my age are admiring Audrey Hepburn, I go on my own way. Friends are asking "Who the hell is Bette Davis?" they don't recognize this 50's beauty, they don't recognize that golden hair, and that vicious smile. Cos she ain't no the angel-faced Audrey Hepburn, or the heavenly beautiful Vivien Leigh.
She's Bette Davis, she's Baby Jane Hudson.
The famously vicious Baby Jane Hudson, the cruel younger sister who's blinded by terrible envy of her Blanche. Yes, she is! Once you've heard her screaming, you'll probably love her, straight away.
I wish TCM play her movies more often, I once saw The Watcher in The Woods, but I had to go, so I couldn't watched it till the very last scene :'(
Labels: actress, bette davis, favorite, rolemodel
|
|
05:14
Being Underage and Loony.
Sometimes I feel like having this obsessive-disorder over something. I am not particularly obsessed, but still.. And that mental-illnes boosted up after AAR concer last month. I feel like a totally useless person when I wake up every morning, then start counting how much days have passed since the last time I saw them, alive. Please, blame it on the internet and the TV! I wonder do they know how I feel, to missed the chance to touch them, and hug them? To mised the chances just because I'm still underage, and still under my parent's watch. I hate being underage. I hate being watched, I hate being weak and has to obey those silly rules. I mean like.. please! No one'd like to kidnap me, I'm not a filthy-wealthy-girl-type, they'd probably wouldn't even think to kidnap me. I'm not wearing any jewelleries or any uber-expensive gadget either, and somewhat people wouldn't even recognize. So yeah.. It's kinda silly if my parents worry about that kidnapping thingy.
Or maybe, they just worry I'll be lost without them. Like I don't know about Jakarta.
And so, I regret the things. I'm becoming such an envious fangirl, I envy kak Maryam Az Zahra, and friends. Those super lucky college girls who just got all the chances! And oh, they're not underage like me. Tyson'd probably laugh harshly if I say "Hey, Tyson you're so sexy. I wanna f*ck you." just because I'm underage. Okay, Imma little bit wild for kids in my age. Call me unstable adolescent.
Oh and btw, yesterday I was just so stressed about my unlucky life, celebrities never replied any of my tweet, whether when I'm trying to pretend like I'm their biggest fan (like what I did to Katy Perry), or even when I'm truly begging them to reply my tweet, to be hi-ed by your favorite rolemodel and yeah.. That kind of thing. Nobody has replied my tweet, until this morning, I pray that someone will reply my tweet. And, you know what? It happens. Eid Mubarak morning, brings you immeasureable joy.
Wonders why he said that to me? I did blackmail him B-)
I am depressed, and obsessed. Bye, readers, I'll go blackmail other hotties. Labels: lucky, mike kennerty, Obsessed, twitter
|
|
Tuesday, 15 September 2009,00:57
Tidak Mengenali.
"Hah? APA?! BUKANNYA LO HIDUP CUMAN UNTUK NYUSAHIN AYAH-IBU HEH?!"Masih berdengung, masih berdengung, masih berdengung.. Kalimat itu masih berdengung di relung kepala gue, menampar gue kembali pada kenyataan yang menyakitkan. Tidak. Itu bukan hardikan seorang asing untuk gue, itu hardikan gue untuk adik gue, gue yang lepas kontrol dan dibelenggu emosi sesaat. Kata mereka, "Remaja labil." Tampar gue, dan pastikan gue sudah terbangun dari keinginan akan kekuasaan tertinggi di keluarga gue. Dan betapa beraninya gue berucap seperti itu, membuat adik gue menangis tersedu-sedu dan enggan berucap sepanjang hari. Beraninya. Dan kenyataannya? Bukankah kata-kata itu lebih pantas ditujukkan untuk diri gue sendiri? Si sulung yang nista dan hidup di duniannya sendiri. Dibutakan oleh obsesi dan keinginannya yang kelewat tinggi. Gue yang enggan mengatakan kata 'terima aksih' dan menampik segala pemrintaan tolong yang halus dari Ibu. Kembalikan gue ke kenyataan, Cherub-Cherub kecil! Sadarkan diri gue, bahwa gue bukanlah si sulung yang dibutuhkan orangtua gue, dan bukan juga kakak yang disayangi adik-adiknya. Tidak. Tidak ada yang pernah mengerti kegundahan hati gue, sesaat setelah gue melontarkan butiran kata sarkastik itu. Kata-kata asing, tidak seharsunya gue berkata begitu tidak tahu dirinya sepetri itu. Mereka mengenal pribadi gue dengan "Kata-kata menusuk." yang sering kali mereka bilang ke gue. Dan oh, gue tahu terlalu banyak orang yang mebanggakan sarkasme dalam dirinya. Tapi gue tidak. Keangkuhan gue telah menjauhkan gue dari keramaian, membelenggu diri gue dengan arogansi yang memuakkan. Itu gue. Dan sesaat gue sadar, siapa yang tidak tahu malu? Toh bukannya saat kedua orangtua gue memaki dan mencaci, mereka berusaha menjauhkan kata-kata kasar dari telinga adik gue, dan bukannya gue? Dan bukannya mereka tidak pernah mengerti betapa mudahnya hati gue terluka? Ah gue tahu, gue kan hanya si pembual kecil yang tidak tahu diri. Menciptakan sebuah figur menyebalkan, agar mereka semua tidak perlu lagi mengkhawatirkan gue yang bisa meangis mendengar celaan menyakitkan dari Ayah? Keluarag gue emnganggap Dara kecil ini terlau kuat, dan air mata yang terlihat bak sebuah ilusi. Dan ya, mereka tidak pernah melihat gue menangis dan terluka. Mereka tidak pernah melihat gue yang penuh tawa. Mereka melihat gue sebagai selongsong nyawa dengan kata-kata kasar yang tidak pernah dimengerti.
Ah ya, tidak ada yang pernah mengerti Dara kecil yang introvert. Tidak ada siapapun.
Jangan tertipu dengan Dara yang bahagia dengan imajinasi kekanak-kanakannya, jangan tertipu dengan Dara yang obsesif. Atau Dara yang aneh dan sering mencetuskan ide konyol. Atau Dara si perajuk yang ulung? Atau dia pembual yang tak mudah ditipu? Terlebih dengan Dara yang sarkastik. Mereka bukan Dara. Berapa banyak figur ilusi yang gue buat untuk mengelabui cecunguk-cecunguk dungu itu?
Entahlah siapa Dara itu.
|
|
Sunday, 6 September 2009,22:31
ISTORA, 3 Weeks Ago.
Cornerstone - Arctic Monkeys
I thought I saw you in the rusty hook, Huddled up in wicked chair, I wondered up for a closer look He was close, And he held me very tightly Till I asked awfully politely, please can I call you his name?
Tell me where's your hiding place, I'm worried I'll forget your face. And I asked everyone And I'm beggining to think I imagined you all along.
"And if I could just see the way you really are, not only another form of my imagination.."
"And now the illusions of you have drove me insane, throw myself back, forcing me to see.."
"That the reality isn't you."
Labels: Obsessed
|
|
Tuesday, 1 September 2009,07:25
Terima Kasih.
Dengan tidak tahu dirinya gue menulis ini di description box FB gue: Three things I'm most grateful for: -To beloved by Allah SWT- 1. To be borned as myself 2. To be borned in my family 3. To be borned as an Indonesian Dan hitunglah berapa banyak orang yang dengan berani menulis seperti itu? Mungkin poin nomor dua sudah lumrah, begitupun juga dengan poin pertama, terlebih yang awal, siapa yang tak bersyukur dicintai snag Tuhan yang perkasa? Dan bagaimana dengan yang ketiga? Ah, tolonglah percayakan kecintaan gue pada tanah air gue. Gue tidak sedang membual atau pun merajuk, gue hanya ingin menunjukkan kalau gue mencinta. Sungguh mencinta, bukan dusta-dusta menyedihkan yang biasa gue lontarkan, gue bersungguh-sungguh. 17 Agustus yang lalu, gue tidak peduli, toh gue terlalu semangat dengan datangnya AAR, gue lupakan hari ulang tahun kita sendiri, yeah.. Tidak, gue bukan tipe orang yang bisa merasakan gelora kesenangan pada waktu yang tepat, sering kali gue begitu rindu tanah air disata yang tak terduga. Sepetri malam ini, gue rindu tanah yang telah hampir gue lupakan, atau gue yang hanya benar-benar merasa mencintai negara ini saat gue telah benar-benar berada di langit, momentum favorit gue dalam tiap perjalanan. Saat hentakan terakhir meninggalkan tanah, dan yang gue lihat dari balik jendela pesawat hanyalah keindahan asli, selalu membuat gue tercengang terpukau. Biru. Bahkan Ancol yang butek pun masih terlihat biru bagi gue, atau matahari kemerahan yang membakar tetap terlihat oranye hangat bagi gue. Inilah rumahku. Berapa kali gue bikin postingan tentang negara gue ini? 4 atau 5? Salah kalo lo bilang gue sedang berusaha sok-sok menimbulkan rasa nasionalisme, sok-sok menyadarkan kita semua yang dilanda krisis identitas. Jika kita benci negara ini, maka patutkah kita amsih mencerca negara tetangga yang mencuri itu? Bukankah jika kita benci negara ini kita sama menggelikannya dengan bangsa rampok itu? Postingan-postingan gue tentang Indonesia.. Gue yang berkoar mempertanyakan rasa kebanggaan dan kecintaan selama ini, gak lebih untuk meyakinkan diri gue sendiri, bahwa gue masih mencintai rumah gue, kampung gue. Dan gue tidak pernah ingin beranjak meninggalkan rumah gue, berpaling ataupun mengkhianati. Karena gue telah amat beruntung bisa menjadi bagian dari eegara ini. Tiap kali gue merutuki kebobrokan mental kita, atau kenistaan Indonesia, geu selalu kembali berusaha meyakinkan diri gue untuk tidak berpaling. Gue takut.. Gue terpukau dengan budaya asing dan suatu hari gue akan lari meninggalkan Indoensia gue ini. Seperti tante gue, mungkin dia menentukan jalannya sendiri, meninggalkan Tuhan-nya, dan meninggalkan rumahnya. Berganti agama, dan berganti kewarga negaraan. Gue tidak mau, gue sudah sangat beruntung dilahirkan seperti ini. Terima kasih, ya Tuhanku yang Agung. Labels: Pride
|
|