Ini, Untuk Kalian.
Noni, Anzal, Yessica atau siapapun.
Noni tersinggung dengan post gue sebelumnya, dan mungkin juga Yessica. Bahkan gue sudah tahu semua masalah berawal dari blog post itu saat gue kembali ke sekolah mereka tidak menyapa gue seperti biasanya. Hanya Anzal dan yang lain, dan gue tahu mereka tersinggung luarbiasa. Sensitif. Atau apa gue yang terlalu lancang?
Dan jika gue bilang gue tidak menyesalinya? Bagaimana kalau ternyata hidup gue bukan hanya berputar pada mereka? Atau apa mereka melewatkan dua paragraf terakhir? Gue tidak membenci mereka, gue hanya lelah. Dan bukankah itu wajar jika suatu saat gue merasa muak dengan perlakuan kalian yang semena-mena? Saat kalian membenci gue dengan post gue, apakah kalian pernah berpikir betapa terkadang gue benci ditertawakan seperti sesosok pecundang kecil payah yang hanya bertengger di pundak kalian bagaikan segelut benalu, saat gue tahu gue bisa menjadi sesosok yang lebih dihargai bagi orang lain? Tapi gue tidak pergi untuk orang lain karena gue terlanjur menganggap kalian kawan terdekat gue? Tawailah gue! Toh gue juga tertawa! Gue menertawai kebodohan gue sendiri, gue yang hanya dapat diam tiap kali selentilan-selentilan kata menyakitkan kalian kalian tujukan pada gue seolah itu hanyalah lelucon yang gue akrab dengannya? Dan apalah gue? Manusia tanpa hati? Atau kawan yang hanya ada disana sebagai bahan lelucon kalian?
Ya, gue butuh kalian. Gue tertawa pada setiap lelucon kalian, gue menikmati sebutan-sebutan yang kalian tujukkan pada gue. Gue senang menjadi bagian dari kalian, di suatu hari bahkan gue berpikir untuk tidak datang ke reuni SD gue sama sekali karena toh mereka bagian dari masa lalu gue dan sekarang di masa kini kalianlah teman-teman yang gue punya. Tapi saat gue kembali ke kenyataan, tiap kali gue hendak berbicara dan kalian hanya mengacuhkan gue seakan gue tidak ada, dan selanjutnya menertawai perbedaan antara gue dan kalian, kemanalah gue akan pergi? Kalau gue telah meninggalkan masa lalu yang menyayangi gue, dan pada saat gue kembali ke masa kini yang gue sayangi, yang gue dapatkan hanyalah kalian; sibuk dengan urusan kalian sendiri, hanya menatap gue saat kalian membutuhkan seseorang untuk ditertawakan? Kemanakah gue akan pergi? Gue butuh kalian, tapi pernahkan kalian menganggap gue benar-benar ada?
Ya, gue sayang kalian, tapi gue terkadang membenci kalian juga. Dan apakah kita masih bisa menjadi teman setelah kalian tahu bahwa gue tidak sesabar itu? Bahwa di malam yang paling dingin pun gue menangis sepetri remaja labil lainnya, menyadari bahwa gue tak dapat menemukan seseorang yang benar-benar bisa gue sebut sahabat? Gue bukan orang yang sensitif, gue oke dengan lelucon-lelucon kalian ataupun kalian yang kadang menertawai gue. Tapi--bukankah kalian memperlakukan gue berbeda selama ini? Bukankah kalian benci direndahkan sama seperti gue benci jika lelucon kalian sudah kelewatan tapi gue hanya tersenyum, karena toh jika gue marah kalian tahu gue tidak akan pernah bisa menampakkannya di hadapan kalian?
Kadang gue berpikir, apa kalian mengaggap gue sama dengan kalian? Remaja 14 tahun yang bisa sakit hati, bisa tertarik dengan lawan jenis, bisa merasa sakit dan bisa menangis karena takut kehilangan kawan-kawannya? Pernahkan kalian membayangkan gue menangis dalam kegelapan menulis sebuah post blog karena gue terlalu takut untuk bicara di depan kalian? Karena gue merasa bersalah tapi di sisi lain gue ingin kalian tahu gue hanya ingin diperlakukan sama? Oh, gue tidak sesabar Adri, maaf. Kadang gue hanya lelah hadir diantara kalian hanya sebagai lelucon pegganti kejenuhan. Saat gue ingin sekali bercerita tentang sesuatu yang gue pikir akan menyenangkan kalian juga, tapi kenyataannya gue toh bukan seorang Indira dengan cerita menakjubkannya atau Noni yang pengertian dan Anzal yang mudah menempatkan diri. Saat gue datang pada kalian, gue hanya tidak tahu dimana tempat gue.
Gue bersumpah demi apapun, gue tidak merakayasa kata-kata gue disini. Gue meminta maaf jika kalian salah mengartikannya, menyebut gue dengan dia dengan egoisme tinggi dan kata-kata yang membuat kalian tersinggung. Untuk tahun terakhir kita, untuk tiga tahun yang berharga, gue meminta maaf telah membuatnya rancu seperti ini. Gue hanya ingin beberapa tahun dari sekarang saat gue tidak lagi mengenali wajah kalian, gue hanya ingin kalian ingat bahwa gue juga salah satu dari kalian.